Selasa, 16 November 2010

senyum kecil gadis bercadar hitam

“Bunda…..”. suara teriakan memecahkan keheningan pagi kala semua orang mulai berbondong-bondong ke tempat peraduan.
”Bunda....”, sekali lagi teriakan itu beradu bersama kicauan burung kenari.
”Aduuuh, kok nggak ada yang ngebangunin aku sih, ini udah jam 6.30 pagi, untung aja aku lagi dapet so nggak sholat shubuh. Hari ini hari pertamaku di sekolah baru, masak aku telat, aku mesti cepet-cepet mandi, tapi....., mandi nggak ya? Ntar telat lagi, mandi, nggak, mandi, nggak...... yups nggak usah mandi, cewek cantik nggak mandi juga tetep cantik, cukup cuci muka plus gosok gigi, he....”. ujarnya sambil tersenyum di depan cermin.

Beberapa saat kemudian, ia pun siap berangkat ke sekolah barunya. Tapi sepertinya tak ada satupun orang di rumah itu, Pak Andra, sang kepala keluarga seperti biasa harus pergi ke kantor pagi karena jarak kantor ke rumah harus ditempuh selama 30 menit. Sedangkan Bu Arin seorang dokter spesialis anak yang membuka praktek di rumah lamanya. Bu arin memang enggan bekerja di rumah sakit, sedih jika sedikit waktu yang bisa ia luangkan untuk kedua putrinya. Si sulung Jewel namanya. Saat ini ia duduk di bangku SMA dan adiknya yang masih duduk di Taman Kanak-Kanak.
Akhirnya gadis periang itu berangkat naik angkot meskipun harus dengan raut muka yang sedikit manyun, padahal saat ia di rumah neneknya setiap hari ia diantar ke sekolah meskipun dengan sepeda motor.
Jewel memang gadis yang beruntung, begitu banyak pelajaran yang ia dapatkan setiap hari dari seorang bunda terutama pelajaran akhlak. Kiranya usaha ibundanya tak hanya sekedar angin, tapi satu hal yang belum berhasil, membuat Jewel mau dan senang memakai kerudung atas kesadarannya sendiri.
”Aah..... akhirnya dapet angkot juga, penuh-penuh dikit nggak papa deh, yang penting masih bisa duduk...”. batinnya.
Namun beberapa saat kemudian seorang nenek-nenek menstop angkutan itu, tapi terpaksa ia duduk di pinggir pintu, jewel tak sejahat itu memmbiarkan nenek-nenek duduk di bangku itu, spontan jewel memintanya duduk di bangku tempat jewel bisa duduk dengan nyaman.
”Nek, duduk di sini aja, biar saya yang di situ.....”. Pintanya.
”Terima kasih ya nak...!”, jawabnya.
”ah, lega bisa membantu orang lain yang membutuhkan bantuan.”, batinnya.
Selang beberapa waktu kemudian seorang siswa menstop angkot itu, karena tinggal satu tempat duduk lagi yang belum terisi, akhirnya siswa itu duduk di samping jewel di pinggir pintu.
”Eh, bisa minta tolong geser dikit nggak?”, pintanya.
Memang bangku itu kecil, jadi wajar kalau cowok di sampingnya itu cuma bisa geser sedikit.
”Iiih...., aku nggak nyaman duduk di samping cowok ini, mana nggak mau geseran tempat duduk lagi, uuuh dasar cowok yang nggak mau ngalah, amit amit deh punya temen yang model begini, kagak mau ngalah.”. gerutunya.

Tapi untunglah tak lama kemudian jewel sampai di sekolah barunya itu. Ternyata cowok di sampingnya itu juga siswa di sekolah itu, bahkan merekapun seperti anggota paduan suara saat menstop angkot itu agar tepat berhenti di depan sekolah.” Kiri Paaak....”
Menyenangkan, teman-teman baru menyambut kedatangannya dengan senyum lebar dan akrab.
”Teman-teman perkenalkan nama saya Andrina Jewel, biasa dipanggil jewel, saya pindahan dari SMA Tunas Bangsa, saya tinggal di Perum. Istana damai.”. Jelasnya.
”Baiklah, ibu ucapkan terima kasih atas perkenalan jewel juga perhatian anak-anak. Oh ya jewel, kamu duduk di sebelah Citra di depan Venus.”
”Trima kasih bu..”. sahutnya
Jewel pun berkenalan dengan teman-teman barunya, namun saat ia berbicara dengan Citra, seseorang memotong pembicaraan mereka.
”O...jadi namamu jewel ya? Nggak nyangka ya bisa ketemu lagi sama cewek yang wajahnya mengkerut gara-gara nggak dapet tempat duduk.... he,he.. bercanda kok...., namaku Venus...”
”Kayaknya nggak tanya deh, lagian siapa yang wajahnya mengkerut, bukannya malah kamu?”  balas jewel yang cerewetnya mulai kumat.
”E,e...., baru kenal bukannya akrab malah kayak Tom and Jerry..”. sela citra
”hem...he..he...”. tawa kecil menghiasi bibir jewel dan kedua teman barunya yang sepertinya bakalan jadi teman akrab jewel.

Beberapa minggu kemudian, saat jewel berjalan sendiri melintas di depan swalayan dekat rumahnya. Tiba-tiba tasnya ditarik seseorang dari belakang, membuatnya terseret.
”Jewel, jewel... dari tadi aku panggil-panggil nggak nengok, kamu mau ke mana?”venus mengintrogasi.
”Ya pulanglah, ”. Jawabnya singkat.
Mereka berjalan beriringan, sebentar-sebentar jewel berhenti dan bertanya pada venus
”Venus, kamu sebenarnya mau kemana sih? Dari tadi ngikutin aku melulu”. Tanyanya.
”Emang aku nggak boleh lewat sini?, lagian ngapain juga ngikutin kamu, aku tuh juga mau pulang”. Jelasnya.
”Emang rumah kamu...?”.
”Tuh...., see you tomorrow jewer.....”. sahutnya sambil mengacak-acak rambut jewel yang pendek.
”hei...namaku jewel...!”. protesnya sembari merapikan kembali rambutnya yang acak acakan.
”daa jewer...”. ucapnya, kemudian ia berlari ke arah rumah sederhana dengan taman bunga yang begitu luas dan indah.
”Apa kamu bilang? Jewer?, awas ya besok bener-bener aku jewer kamu…”. Teriaknya.
“Aku nggak tau kalau rumahnya di sini, tau gitu kemarin kemarin aku datang ke rumahnya buat ngerjain PR Matematika, dia kan juara kelas. Seneng juga ya kalau punya temen yang otaknya berkualitas, bisa minta ajarin tanpa dipungut biaya, he...he....”. Batinnya sambil tertawa-tawa sejenak.
Jewel mulai merasa kerasan belajar di sekolahnya itu apalagi teman- teman yang menyenangkan ada di sisinya menemaninya dalam suka maupun duka, venus adalah teman yang jewel rasa paling bisa menerbitkan kembali keceriaan yang terkadang sempat tenggelam. Itulah teman yang ia cari. Sampai pada suatu pagi....
”Pagi venus...!”. Seperti biasa jewel hobi mengacak acak rambut venus yang selalu rapi, tapi aneh pagi itu ia sama sekali tak membalasnya. Ia hanya menjawab ”Pagi....” dengan nada yang rendah.
”Ve, kamu kenapa? Lagi ada masalah? Cerita dong ve..”.ujarnya sambil perlahan duduk di hadapan venus.
”Aku nggak papa kok jew,”.
”Kamu bilang nggak papa, matamu nggak bisa bohong ve, please...., jujur sama aku ve..!”
”Jew, ternyata aku bukan anak ibuku. Aku anak pungut, aku sedih karena nggak pernah tau gimana rasanya peluk sayang dari seorang ibu yang sudah mengandungku selama sembilan bulan. Dan aku mulai sadar kenapa ayahku lebih sayang pada adikku, bahkan aku sering dipukuli ketika ibu nggak ada, aku juga pernah dihukum dikunci di gudang dua hari hanya gara-gara lupa menaruh kunci sepeda motor. Sedih aku jew... orang tuaku pasti nggak akan menyakitiku seperti itu, tapi ternyata mereka malah  lebih jahat telah membawaku ke panti asuhan, meninggalkanku, membiarkanku sendiri hingga aku ada disini sekarang......”. Jelasnya sambil meneteskan air mata yang tertahan.
”Venus, aku mengerti semua yang kamu rasakan, tapi jangan pernah menyalahkan apa yang sudah terjadi, jangan pernah pula menyalahkan orangtuamu yang dulu telah mengirimmu ke panti asuhan, aku yakin pasti mereka punya alasan untuk itu. Dan satu hal, nggak mungkin ada orangtua yang nggak sayang anaknya”. Tegasnya.
Mendengar kata-kata jewel, venus hanya terdiam dan tertunduk.
”Semenjak awal aku kenal kamu aku yakin kamu seorang pemaaf, anggaplah segala yang terjadi adalah ujian kedewasaan buat kita dan orangtua yang mengasuhmu sedari kecil hingga sekarang juga orang tua yang wajib kamu hormati, mereka sebenarnya pasti juga menyayangimu buktinya segala kebutuhanmu mereka cukupi, masih banyak anak-anak yang tak seberuntung kamu, jadi anak jalanan. Aku yakin mereka juga pasti bangga punya anak seperti kamu, selalu jadi juara dan bintang di sekolah ini, dan satu hal jangan pernah merasa sepi karena aku akan selalu .....
Spontan venus mengusap air mata jewel yang ikut menetes, bening, sebening kasih sayangnya pada sesama.
”Jew, kamu memang sahabat terbaikku, aku akan berusaha selalu ada dalam tangis dan tawamu...”. ucapnya sambil menguraikan senyum lega.
”Andai saja sampai nanti aku ditemani wanita sepertimu, pasti tak akan ada kesedihan yang mengusik hidupku”. Tambahnya.
”kamu ngomong apaan sih?, udah wudlu sana gih, biar pikiran tenang!”. perintah jewel untuk mengalihkan pembicaraan.
***

Satu tahun telah berlalu, usia jewel pun genap 17 tahun, di hari ulang tahunnya, venus, ayah bundanya mengadakan pesta kecil-kecilan . di usianya yang ke-17 itu, ibunda jewel mengajukan permohonan yang sebenarnya begitu sulit untuk diucapkan, yang bunda jewel harapkan jewel bisa mengerti dan melaksanakannya tanpa terpaksa.
”Jewel, sebenarnya bunda benci untuk mengatakan ini, sejak kamu duduk di bangku SMA, bunda berharap kamu mempunyai kesadaran untuk....”
”Bunda, jewel tau, jewel juga akan memulai mengenakan kerudung besok di hari pertama jewel masuk ke kelas dua.”
”Mendengar kata-katamu, bunda jadi lega, ternyata kamu benar-benar memiliki kesadaran untuk itu.”. Ucap bundanya.
”Ya bunda, jewel sudah merenung, mana yang harusnya jewel perbuat, selama ini jewel sudah lalai untuk menutup aurat akan lebih baik jika saat itu jewel bisa mengerti”. Sesalnya.

Di awal masuk ajaran baru, jewel hadir dengan penampilan barunya. Ia tampak begitu cantik dan anggun dengan seragam panjang juga kerudung muslimahnya.
”Jewer...,eh, jewel!”...sapa venus.
“Pagi….., pa kabar ve?. Tanya jewel sambil tersenyum.
”I...iya baik. Jew, jujur aja, aku jadi sungkan sama kamu, penampilan barumu menurutku memunculkan sebuah aura, kamu juga terlihat jadi cantik…”
“Kamu menghina ya…, berarti sebelumnya aku nggak cantik dong...?”
”Sorry, tambah cantik, sedikit sih....”. hibur venus.
”Huh dasar venus nggak pernah sekali aja ngasih komentar bagus buatku, gengsi ya?”.
Mendengarnya venus hanya terkekeh-kekeh.
Teeeet....teeet....., bel masuk berbunyi
“masuk yuuk……”. Ajak jewel

Semenjak ia berpenampilan baru, ia agak pendiam, malas ngegosip dan mulai menjaga diri dari perilaku-perilaku yang tidak baik. Di kelas ia juga nggak lagi suka bikin ulah.
Pulang sekolah venus menunggu jewel di depan gerbang sekolah,ibunda jewel senang jewel berteman dengan venus, beliaupun meminta venus untuk menjaga dan melindungi serta mengingatkan jewel karena di mata bundanya jewel masih sangat kekanak-kanakan, tapi di mata venus jewel adalah sahabat terbaik dalam hidupnya dan cara berpikirnya jauh lebih dewasa dari dirinya, meski persahabatan mereka begitu akrab tapi mereka juga tau batasan-batasannya.
”Jewel, pulang yuk....”. ajak venus sambil menarik tangannya.
”venus....!?, ucapnya mengingatkan kalau mereka bukan muhrim.
”Oh iya sorry, ” jawabnya tersipu.
”Tunggu apa lagi? Ayo pulang!”
”Yuk....!”.

Dua tahun lamanya mereka menjalin persahabatan, tak ada masalah yang berarti hingga mengancam persahabatan mereka, mereka berdua saling pengertian,saling melindungi juga mengingatkan. Namun saat mereka naik ke kelas tiga....
”Jew, aku ngerasa aneh, kenapa akhir-akhir ini kamu selalu menjauh dariku, aku punya salah ke kamu? Bilang apa salahku...”
”Nggak ada yang salah, aku biasa aja, tetap jewel yang dulu”. Ungkapnya mengelak.
”Tetap jewel yang dulu? Nggak, setiap kali aku tunggu kamu di gerbang, kamu selalu pulang duluan, berangkat juga duluan, kenapa?”. tanya venus serius.
”Aku, aku Cuma nggak ingin tergantung terus sama orang lain, aku pingin bisa mandiri, itu saja!”.
”Mandiri bukan berarti kamu tidak butuh bantuan orang lain kan, aku nggak mau kalau sampai terjadi apa-apa sama kamu.”
”Tapi......”. tanpa berkata sepatah kata lagi ia meninggalkan venus karena tak tahan lagi membendung air mata.”

Kenapa kubiarkan butiran air mata
Basahi
Setitik ketegaran
Juga setetes harapan
Yang teralir dalam kemurnian

Sebenarnya jewel juga menyayangkan jika persahabatannya putus, tapi yang ia pikirkan cuma takut kalau nantinya venus sedih harus berpisah dengannya, dan jewel juga nggak mau terlalu larut dalam kesedihan ketika venus harus pergi dari sisinya.
Setiap hari, di depan pintu rumah jewel ada setangkai mawar putih dan secarik kertas permintaan maaf venus. Melihat semua itu bunda jewel menyarankan jewel untuk menemui venus dan mengatakan semua yang jewel takutkan. Jewel pun mengikuti saran ibundanya.
Perlahan ia melangkah hingga sampai di depan rumah venus, venus pun menyambutnya dengan senyuman yang lebar dan kegembiraan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
”Jewel, akhirnya kamu datang!”. sambut venus dengan wajah yang berseri.
”venus, aku nggak lama kok. Aku mau minta maaf sama kamu, aku sudah banyak mengganggu pikiran kamu.”
”nggak, kamu nggak salah. Aku malah seneng kamu datang kesini.”
”ve, apa kamu masih menganggapku sahabatmu?”
”kenapa kamu bertanya seperti itu?”
”Ve, aku sangat berterima kasih selama ini kamu udah begitu baik sama aku, tapi... bagaimana seandainya tiba-tiba kita berpisah?”. ungkap jewel sedih.
Menanggapi kata-kata jewel, venus tersenyum.
”Jew, aku begitu menyayangimu seperti adikku sendiri meski dulu sempat terlintas keinginan untuk menjadikanmu sebagai kepingan hatiku tapi kutahu itu yang malah membuat persahabatan kita hancur. Aku nggak mau sesuatu yang buruk terjadi padamu, aku selalu merasa kamu adalah anugerah yang terindah yang pernah kumiliki, kau sosok yang membuatku mengerti kasih sayang orang tua kepada anaknya, indahnya persahabatan dan banyak hal yang sebelumnya tidak aku mengerti, apakah aku akan begitu saja melepasmu? Tidak, satu hal yang kau lupa, kau pernah mengatakan padaku bahwa sejauh apapun jarak memisah raga kita, hati kita tetap dekat, itulah sahabat.” Jelasnya.
”kamu benar, persahabatan tidak hanya ada saat kita bersama, sekalipun kita berpisah, kita tetap sahabat. Aku akan kabari kalau aku nanti sampai di Madinah. Ayah memintaku kuliah disana.”
”aku akan selalu merindukan saat-saat kita di SMA. Aku yakin kamu bisa mandiri juga pandai menjaga diri....”. Ujarnya dengan pandangan mata yang sayu.
”Aku juga akan rindu saat-saat kebersamaan kita, besok pagi aku berangkat, doakan selamat sampai tujuan, juga sampai saat aku kembali nanti”. Jewel pamit, ia berharap itu bukanlah untuk terakhir kalinnya mereka bertemu. Sambil meneteskan air mata ia beranjak pergi dari tatapan mata sahabatnya itu.

Atas saran ibundanya, akhirnya persahabatan mereka tetap terjalin.
Keesokan harinya, sebelum berangkat, ia menunggu-nunggu kehadiran venus untuk sekadar melambaikan tangan, tapi ternyata ia tak datang, ia sedih jika melihat jewel pergi, tapi itulah sebuah pilihan.
Sebelum berangkat, jewel menitipkan sebuah kado untuk venus, isinya adalah foto mereka saat menonton pertandingan sepak bola, mereka mengenakan kostum yang sama dan beberapa baris puisi.

Sendiri
Takkan berarti sepi
Pisah
Takkan berarti resah
Karena sepi dan resah
Buah dari gundah
Yang kan jadikan pelangi
Tak lagi indah 
***

Enam tahun kemudian, jewel pulang ke indonesia, tapi sayangnya rumah venus telah ditempati orang lain, ia sudah pindah. Tapi siapa yang bisa menghalangi taqdir, waktu itu hujan turun sangat derasnya, jewel menunggu bus di halte bus, sendiri. Tiba- tiba datang seorang pemuda seusianya duduk di ujung bangku halte, tak sengaja jewel menatapnya, pemuda itu pun menatap sekilas mata jewel, ia berkata dalam hatinya,”tatapan mata wanita bercadar itu sepertinya tak asing lagi bagiku, tapi aku tak pernah punya teman yang bercadar”. Begitu pula jewel, ia langsung bisa mengenali pemuda itu ....tak salah lagi itu adalah sahabatnya,venus. Namun karena sebuah pilihan lagi, ia harus rela tak menghampiri dan bercakap-cakap dengannya, sebenarnya ia merindukan canda tawanya, tapi ia sudah begitu bersyukur bertemu dengannya, ia hanya mampu tersenyum bahagia melihat sahabatnya baik-baik saja.     
Tampak pula pemuda itu melihat dan mengingat sinar mata wanita di balik cadar yang rasanya tak asing lagi.
Beberapa saat kemudian pemuda yang tak lain adalah venus itu melangkahkan kakinya perlahan ke arah jewel, namun segalanya telah diatur, bus datang.... jewel segera beranjak,
”anda....., sepertinya...., anda......”ucap venus ragu.
Jewel hanya tersenyum kecil, membuat venus semakin yakin…
“dia pasti… jeee..weeee..lll, jewel
Namun ia terlambat karena bus yang jewel tumpangi melaju dengan cepat. Jewel tinggallah kenangan, namun akan tetap di hati, entah apakah di dunia mereka masih akan dipertemukan, Segalanya ada pada KehendakNya.

2 komentar:

  1. hubungan yang seperti itu - apa memungkinkan?
    maksut ku, menjaga persahabatan antar teman sebaya yg bukan muhrim. apa iya akan bisa terus seperti itu hingga jangka panjang?

    ya, katakan saja mereka dapat menghindari perasaan 'cinta' - bahkan mungkin dg susah payah. lalu ketika saling punya pasangan hidup, bukankah segala keterbukaan dan masukan2 yang membangun, datangnya dari dan untuk pasangan hidup tersebut? karna memang itu bagian dari peranannya kan?

    BalasHapus
  2. mungkin saja....itu kan terjadi jauh sebelum masing2 memiliki pasangan hidup....memang sulit sekali... tapi tak ada yang tak mungkin....semua tergantung masing-masing hati dan bgaimana menjaga keutuhan persahabatan...

    BalasHapus